Saturday, May 4, 2013

Gambar Yang Hilang


            “Lalala…” Gumam Dinda bersenandung seraya menggambar seorang gadis yang sedang duduk di depan sebuah pohon yang besar di sebuah kertas.

            Dinda adalah seorang gadis berumur 9 tahun yang sangat suka menggambar. Rambutnya panjang sepunggung dan berwarna coklat kemerah-mearahan. Kulitnya putih bersinar. Matanya bulat berwarna coklat. Saking sukanya terhadap menggambar, dinding kamarnya penuh dengan tempelan kertas yang isinya adalah gambar yang dibuat Dinda dengan indah.

            Kalian pasti akan menganga melihat gambar yang dibuat Dinda. Karena jarang sekali anak seusia dia yang bisa menggambar seindah gambar Dinda.

            “Dinda, udahan dulu menggambarnya. Ayo makan malam dulu,” Seru Bunda dari ruang makan.

            “Iya Bun, bentar. Tanggung nih,” Balas Dinda seraya melanjutkan gambarnya.

            Beberapa menit kemudian, Dinda menyimpan alat-alat gambarnya kedalam sebuah kotak yang berisi alat-alat menggambar dan segera berlari menuju ruang makan.

            “Ini piringnya Din, makan secukupnya aja ya, jangan banyak-banyak. Ingat! Berhenti makan sebelum kenyang,” Ucap Bunda seraya menyodorkan sebuah piring kaca pada Dinda.

            “Makasih Bun. Iya iya… Kalau Dinda makan kebanyakan nanti Dinda gendut dong? Hiiy… Dinda gamau gendut!” Balas Dinda seraya menerima piring yang disodorkan Bunda.

            “Ayo diambil makanan yang kamu mau. Oh iya, mau minuman apa Din?” Tawar Bunda.

            “Umm… Milkshake coklat aja deh Bun!” Seru Dinda.

            “Oke! Bunda buat dulu ya,” Balas Bunda singkat dan bergegas menuju dapur untuk membuat milkshake coklat pesanan Dinda.

            Dinda memandangi satu persatu makanan yang tersedia di meja. Ada sup cream, tempe, oseng kangkung, dan tentunya nasi.

            Dinda mengambil 2 buah tempe dan mengambil secentong nasi. Dinda kemudian memakan semuanya dengan lahap.

            “Ini milkshake-nya…” Ucap Bunda seraya menaruh segelas milkshake di samping piring Dinda.

            Dinda segera meneguk milkshake yang diberikan Bunda. Setelah makan, Dinda tidak melanjutkan gambarnya melainkan membaca buku yang belum selesai ia baca.

            Dinda membaringkan tubuhnya di kasur dan mengambil sebuah buku cerita yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah.

            Tak terasa langit mulai menghitam. Petir bersahutan di luar. Hawa dingin mulai masuk ke kamar Dinda. Dinda yang sedang asyik membaca menghentikan aktifitasnya tersebut dan segera menarik selimut karena kedinginan lalu melanjutkan membaca.

            Keesokan harinya, Dinda berangkat menuju sekolah bersama Ayah menggunakan mobil.

            Sesampainya di depan pintu gerbang sekolah, Dinda mengecup tangan Ayah kemudian berlari menuju kelas-nya yaitu IV-B.

            Sambil menunggu bel tanda belajar dimulai, Dinda bercakap-cakap dengan teman sebangkunya, Laras.

            Laras mempunyai rambut panjang sepunggung berwarna pirang karena Laras memang pindahan dari London.

            Tak terasa bel berbunyi. Dinda segera menyiapkan buku pelajaran pertama, yaitu Seni Budaya dan Keterampilan. Yup! Pelajaran kesukaan Dinda.

            Bu Farah, guru pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan masuk kedalam kelas. Kemudian Bu Farah menyimpan tasnya di kursi guru.

            “Selamat pagi anak-anak,” Sapa Bu Farah seraya tersenyum pada murid-murid yang ia cintai.

            “Selamat pagi Bu Farah,” Balas murid-murid seraya membalas senyuman Bu Farah yang manis.

            Kali ini, Bu Farah menjelaskan tentang ilustrasi. Murid-murid menyimak dengan serius. Apalagi Dinda. Ckckck…

            “Sekian pelajaran yang Ibu sampaikan. Oh ya, Ibu punya PR untuk kalian. Buatlah sebuah gambar tentang kedamaian dan harus di kumpulkan besok,” Salam Bu Farah seraya menuliskan PR yang akan ia berikan pada murid-murid di papan tulis.

            Hati Dinda sangat senang karena mendapatkan PR menggambar. Dinda berjanji akan membuat sebuah gambar dengan sebaik-baiknya.

            Di rumah, Dinda sibuk mengerjakan PR dari Bu Farah. Saat Bunda memanggilnya untuk makan, Dinda terus mengerjakan PR-nya dan hanya mengatakan “Bentar Bun!”

            Tugas selesai, Dinda meletakkan gambarnya begitu saja di sofa ruang tamu. Dinda lalu bergegas pergi ke ruang makan.

            Di ruang makan, Dinda segera menyapa Bunda yang sedang mencuci piring lalu mengambil secentong nasi dan beberapa lauk.

            Keesokan harinya, rumah dipenuhi teriakan panic Dinda. Dinda mencari-cari gqambarnya disana sini tapi tidak ketemu. Dinda memfitnah adiknya dan memaksanya memberitahu dimana letak gambarnya.

            Karena capek mencari kesana-sini, akhirnya Dinda duduk di sofa ruang tamu. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu. Dinda bangun kemudian melihat gambarnya sudah penyek karena kedudukan. Air mata Dinda jatuh. Ia merasa bersalah pada adiknya. Kemudian ia memeluk adiknya dan meminta maaf.

            Dinda janji, tidak akan ceroboh lagi.

No comments:

Post a Comment

My Banner

Grab My New Banner, Okay?
This Template Are Made @ Copyright All Right Reserved By NUR IRDINA ZAKARIA. Please Do not Open My Pagesource Anonymous !!!